Myanmar Berduka: Gempa Susulan, Reruntuhan Jadi Kuburan Massal?

Newsmenit.com Hai semoga kamu selalu dikelilingi orang-orang baik. Dalam Konten Ini saya mau menjelaskan berbagai aspek dari News, Indonesia. Artikel Dengan Tema News, Indonesia Myanmar Berduka Gempa Susulan Reruntuhan Jadi Kuburan Massal Ikuti pembahasan ini hingga kalimat terakhir.

Mandalay, Myanmar, kembali diguncang gempa susulan pada Minggu, 30 Maret 2025, memperparah situasi pasca-gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang melanda Myanmar dan Thailand pada Jumat, 28 Maret 2025. Warga panik dan berhamburan di antara reruntuhan bangunan, berusaha mencari korban selamat di tengah ancaman gempa susulan.

Pemerintah dalam pengasingan menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan PBB dan LSM dalam menyediakan keamanan, transportasi, serta mendirikan kamp-kamp penyelamatan dan medis sementara di wilayah yang mereka kuasai. Namun, di lapangan, sebagian besar operasi penyelamatan dilakukan oleh kelompok-kelompok warga sipil yang terorganisir secara mandiri, yang sayangnya kekurangan peralatan yang memadai.

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa banyak orang masih terjebak di dalam bangunan yang runtuh dan sulit dievakuasi. Skala sebenarnya dari bencana ini masih belum jelas akibat kendala komunikasi di negara yang terisolasi ini, namun diperkirakan jumlah korban akan terus meningkat secara signifikan.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh junta penguasa Myanmar pada hari Sabtu, sedikitnya 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang terluka, sementara 139 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Gempa tersebut telah meruntuhkan bangunan, merobohkan jembatan, dan merusak jalan-jalan, terutama di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar dengan populasi lebih dari 1,7 juta jiwa.

Pimpinan junta, Min Aung Hlaing, telah mengeluarkan seruan langka untuk bantuan internasional pada hari Jumat, mengindikasikan betapa parahnya dampak bencana ini. Pada hari Minggu, ia meminta semua rumah sakit militer dan sipil, serta petugas kesehatan, untuk bekerja sama secara terkoordinasi dan efisien.

Seorang petugas penyelamat yang juga meminta anonimitas karena alasan keamanan, mengatakan bahwa timnya telah mendekati bangunan-bangunan yang runtuh, namun beberapa di antaranya masih tidak stabil, sehingga menyulitkan proses evakuasi.

US Geological Service memperkirakan bahwa jumlah korban tewas di Myanmar dapat mencapai 10.000 jiwa, dan kerugian ekonomi dapat melampaui pendapatan tahunan negara tersebut. Situasi ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi dari komunitas internasional.